Semangat Guru dan Siswa Gaza Kembali ke Sekolah Meski dalam Kondisi Sulit

Semangat Guru dan Siswa Gaza Kembali ke Sekolah Meski dalam Kondisi Sulit

Semangat Guru dan Siswa Gaza Kembali ke Sekolah Meski dalam Kondisi Sulit

Semangat Anak Anak Gaza Kembali Ke Sekolah (Sumber: Aljazeera)

Penulis: Gymnastiar
Dipublikasikan pada: 24 February 2025, 12:22

# Internasional

One And News - Di tengah puing-puing kehancuran akibat perang, semangat para guru dan siswa di Gaza untuk kembali ke sekolah tetap menyala. Meskipun fasilitas pendidikan banyak yang rusak, proses belajar-mengajar kembali dimulai dengan segala keterbatasan.

Dedikasi Guru untuk Masa Depan Siswa

Diana Abu Za’roura, seorang guru yang sebelumnya mengajar di Sekolah Rosary Sisters, langsung mendaftarkan diri sebagai relawan di salah satu sekolah di barat Kota Gaza begitu mendengar kabar bahwa pendidikan akan dilanjutkan. Selama perang, ia harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain demi keselamatan. Kini, dengan penuh antusiasme, ia mengajar kembali di ruang kelas bawah tanah Sekolah Model Al-Nasr.

“Melihat bagaimana perang menghancurkan masa depan siswa membuat saya terdorong untuk kembali mengajar. Mereka telah melewati masa sulit dan kehilangan waktu belajar yang berharga,” ujarnya.

Kementerian Pendidikan Palestina telah mengumumkan bahwa kegiatan belajar akan dimulai secara bertahap di berbagai titik pendidikan di Gaza. Meski banyak sekolah hancur, pemerintah berusaha menghidupkan kembali pendidikan dengan mendirikan ruang kelas darurat dan menggunakan tenda sebagai tempat belajar sementara.

Dampak Perang Terhadap Pendidikan

Sejak serangan Israel ke Gaza pada 7 Oktober 2023, seluruh kegiatan pendidikan di sekolah dan universitas terhenti. Akibatnya, siswa kehilangan tahun ajaran 2023-2024, dan ada kekhawatiran bahwa tahun ajaran 2024-2025 juga akan terlewat.

Diana mengungkapkan keprihatinannya atas dampak perang terhadap kemampuan belajar siswa, terutama di tingkat sekolah dasar. Banyak anak mengalami kesulitan membaca, menulis, dan kehilangan keterampilan dasar akibat jeda pendidikan yang terlalu lama. Namun, ia tetap optimis bahwa dengan bimbingan yang tepat, siswa dapat mengejar ketertinggalan mereka.

“Siswa Gaza adalah anak-anak yang cerdas dan tangguh. Saya yakin mereka akan segera kembali ke jalur pendidikan mereka,” tambahnya.

Upaya Bertahap untuk Pendidikan

Menurut Mahmoud Matar, Asisten Sekretaris Kementerian Pendidikan Palestina, keputusan untuk kembali membuka sekolah adalah langkah kecil dalam perjalanan panjang pemulihan pendidikan.

“Kami baru memulai langkah awal. Masih banyak tantangan yang harus dihadapi, tetapi kami akan terus berusaha agar pendidikan tetap berjalan,” ujarnya.

Saat ini, terdapat 100 titik pendidikan yang telah dibuka di seluruh Gaza, dengan rencana penambahan lebih lanjut. Namun, dengan 93% sekolah di Gaza mengalami kerusakan akibat serangan, ruang kelas darurat masih dalam tahap perbaikan dan banyak siswa harus belajar di bawah tenda.

Proses belajar akan berlangsung tiga hari dalam seminggu agar lebih banyak siswa bisa mendapatkan akses pendidikan. Kurikulum juga telah disesuaikan dalam bentuk “paket pendidikan” agar lebih mudah dipahami di tengah kondisi sulit. Pembelajaran daring juga diupayakan, meskipun pemadaman listrik dan gangguan internet menjadi hambatan besar.

Bagi siswa kelas 12 (Tawjihi) yang lahir pada tahun 2006, Kementerian sedang menyiapkan jadwal ujian akhir, dengan kemungkinan ujian daring sebagai salah satu opsi.

Pengorbanan Guru dan Harapan Siswa

Khairi Attallah, Ketua Persatuan Guru Palestina, mengungkapkan bahwa para pendidik turut membayar harga mahal dalam konflik ini. Lebih dari 800 guru gugur, ribuan terluka, dan banyak yang ditangkap. Rumah-rumah mereka pun hancur. Meskipun begitu, banyak guru tetap berdedikasi dan menjadi relawan untuk mendukung siswa.

“Keputusan untuk kembali membuka sekolah adalah pencapaian besar bagi rakyat Palestina dan dunia pendidikan di Gaza,” kata Attallah.

Di Sekolah Al-Nasr, suasana haru dan semangat terpancar dari para siswa yang kembali belajar. Mereka menyanyikan lagu kebangsaan Palestina sebelum memasuki kelas. Fajr Mahdi, seorang siswa berusia 11 tahun, mengungkapkan kebahagiaannya setelah berbulan-bulan mengalami kesulitan belajar daring akibat pemadaman listrik dan internet yang tidak stabil.

Namun, tidak semua siswa bisa menyembunyikan kesedihan mereka. Ahmad Al-Sharafa, siswa kelas 6, kehilangan rumah dan anggota keluarganya dalam serangan Israel. Meskipun begitu, ia tetap memiliki impian besar untuk terus berprestasi dan melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi.

Hatem Abu Arab, siswa lain yang berbakat dalam pidato, juga menghadapi kesulitan akibat perang. Keluarganya tercerai-berai akibat pengungsian. Dengan penuh emosi, ia bertanya, “Mengapa kami tidak bisa hidup seperti anak-anak lain di dunia? Mengapa sekolah kami harus hancur?”

Meski banyak duka yang tersisa, semangat siswa dan guru di Gaza tetap teguh. Pendidikan bagi mereka bukan hanya sekadar belajar, tetapi juga harapan untuk masa depan yang lebih baik di tengah ketidakpastian.

Penulis: Gymnastiar
Editor: Tidak tersedia
Dipublikasikan pada: 24 February 2025, 12:22
Diperbarui pada: 13 March 2025, 02:00


Views: 152 Likes: 2 Shares: 0

Source: Gazamedia.net

WhatsApp Instagram

Berikan Komentar

Komentar:

OneReaders #10:

MashaAllah

Diposting pada 28 February 2025, 14:49
Kembali ke Berita Utama
OneAndNews